Kalau lagi ngobrol sama teman-teman cewekku, biasanya komentar mereka "kamu ngomong apa tho?" atau "aku gag dong omonganmu". Makanya mending diem deh.
Terus, aku juga heran sama badanku. Mereka bilang "gendut, kurusin sana". Apaan sih, yang punya badan kan aku. Lagian aku juga ga obesitas. Beberapa temanku menghiburku dengan mengataiku seksi. Tuhan . . . .
Tapi tentu saja aku ingin diterima sebagai teman yang normal, walaupun aku memiliki pandangan yang berbeda. Bukankah perbedaan itu indah? Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
*wah aku membawa-bawa lambang negara Indonesia tercinta ini . . .*
Tapi apakah semboyan itu berlaku jug bagi sebuah persahabatan? Kata sebuah artikel di suatu majalah, seseorang bisa bersahabat dengan satunya karena adanya persamaan di antara mereka. Ya bukan berarti aku dan temanku itu beda jauh ya . . . Ada juga sih sedikit dari mereka yang bisa diajak ngobrol sepaham sama aku, walau untuk selera itu juga berbeda.
Stress tapi ya mau bagaimana lagi. Tak seorangpun yang bisa memahamiku, sepertinya. Kalau mereka mencoba meladeniku ngobrol, pasti deh kuyakin bosan!
Kalau ditanya, kamu itu suka ngobrolin topik apa? Ya sebenarnya apa saja, kecuali gosip soal hubungan orang lain (YANG SATU INI, PENTING GAG SIH TAHU SI A PACARAN SAMA SI B, SI C PACARAN SAMA SI D, EMANG GUE PIKIRIN??!!!!). Aku juga ga suka sama girly things yang memuakkan. Padahal sepertinya topik-topik itu yang sering dibicarakan (esspecially the first, oh my God, lebay banget!). Iya baiklah kuakui topik itu normal-normal saja. Topikkulah yang tidak pernah normal. Walau tahu begitu tetap saja aku merasa gag nyaman kalau lagi kumpul begitu.
Ya sabar sajalah . . . Aku memang aneh. Kadangkala pikiranku bisa seperti menjadi mahasiswi kritis yang gag pernah puas dan selalu debat sampai menang, tapi aku juga suka bermain dan berpolah ala anak TK. Manja. Mungkin kalian rasa perpaduan itu membuat kepribadianku netral, tapi tidak. Aku justru merasa seperti psikopat yang bisanya menipu orang lain.
Ini sudah bukan masalah selera lagi, tapi kepribadian. Rasa-rasanya sampai bingung, sebenarnya aku tipe yang bagaimana sih? Kalau masalah menilai, ada baiknya bertanya pada kawan. But that makes me can't trust my self. Karena pada daarnya bagi mereka aku juga membingungkan.
Okey stop talking about me! Pernah merasa seperti itu? Tenang saja, bukannya ini memang masa mencari jati diri. Kalau kita merasa berbeda dengan yang dulu, wajar. Asal jangan keterlaluan, menjadi remaja tak bertanggung jawab (bukan nakal. It's no problem if you be a naughty person).
Mungkin juga alternatif bagi yang merasa berkepribadian aneh itu dengan mencontoh karakter orang lain (ngefans sama salah satu idola). Boleh, tapi tolong hal positifnya saja dan jangan berlebihan! Malah jadi berkesan alay.
Yang paling enak tentu saja menjadi diri sendiri! Walu kamu masih bingung siapa dirimu yang sebenarnya, coba saja untuk bertingkah seperti biasa. Jangan pikirkan teman-temanmu yang bingung, asal mereka masih mau berteman denganmu it's okay . . . malah unik.
Dan itulah yang sedang kujalani. Whatever they say, I will try to love and be my self . .
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment